REVITALISASI SUNGAI KAWASAN MALAKA


REVITALISASI PADA SUNGAI KAWASAN MALAKA,MALAYSIA
Salah satu kota di negara Asia Tenggara selain Singapura  yang  juga  dikenal  berhasil  dalam  hal  revitalisasinya  adalah  kota Malaka di Malaysia. Sejak dulu Kota Malaka yang merupakan bagian dari Negara Malaysia dikenal juga sebagai Malaka Bandaraya Bersejarah sejak tahun 1989. Pada tahun 2008 Malaka dan George Town di Penang, dinobatkan oleh UNESCO sebagai Kota Warisan Dunia. Melaka juga dinyatakan sebagai Negeri Bandar (Kota) Teknologi Hijau.

Revitalisasi yang dilakukan pada kawasan Malaka,Malaysia ini yaitu pada bantaran sepanjang Sungai Malaka. Sungai ini merupakan sungai bersejarah bagi Kesultanan Melayu Melaka dari tahun 1402-1511 dan sesudahnya. Sungai Melaka telah menjadi urat nadi perdagangan yang diramaikan pedagang dari Cina, India, Timur Tengah, serta negara jiran lainnya. Para pedagang ini selain berniaga, juga menyebarkan agama Islam di tanah Melaka. Masyarakat Melaka percaya di sekitar muara sungai ini masih banyak dijumpai uang logam (koin) dan barang-barang peninggalan bersejarah. Merujuk pada sejarah, Sungai Melaka dipercaya sebagai saksi pertempuran antara Melaka dan Portugis, bahkan Aceh pernah menyerang dan mengusai Melaka, namun tak lama, karena kembali dikalahkan oleh Portugis.

Sungai Melaka berbau hitam di tahun 80-an dan 90-an, tetapi pemerintah negara bagian terutama pada masa mantan menteri utama Tan Sri Mohd Ali Rustam telah merehabilitasi sungai itu dalam upaya untuk mengubahnya menjadi “Venice of the east”.

Dengan banyaknya bangunan kolonial di sepanjang Sungai Malaka, kawasan bersejarah ini menjadi salah satu tujuan wisata yang penting bagi Negara Malaysia. Kegiatan revitaliasi yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia dinilai sangat berhasil dengan  meningkatkan kualitas kawasan bersejarah ini secara aspek  ekonomi, sosial  dan budaya.  Meskipun  beberapa  bangunan  kolonial  pada  kawasan  bersejarah  ini  sudah  tinggal reruntuhan, namun pemerintah Malaka dapat  menjadikannya sebagai sumber devisa wilayahnya dengan mengangkatnya menjadi kawasan wisata bersejarah yang dilindungi. Dengan keberadaan bangunan-bangunan  tua  bersejarah  tersebut,  menjadikan  kawasan  sekitar  Sungai  Malaka  lebih atraktif  untuk  dieksplorasi  secara  arsitektural.  Kawasan  sepanjang  Sungai  Malaka  ini  ditata sedemikian rupa oleh pemerintah daerah sehingga dapat dengan mudah diakses oleh semua orang baik penduduk  lokal, turis domestik  maupun internasional. Aksesibilitas kawasan  juga ditandai oleh berbagai bangunan tua bersejarah, sehingga tidak menyesatkan secara orientasi. Pada dasarnya pemerintah  Malaka mengelompokkan  kawasan bersejarah  ini  menjadi  beberapa  kategori sesuai dengan karakteristik dari areanya.

Selain  membuat  pengelompokkan  zona  kawasan,  dalam  perencanaan  tata  kotanya,

pemerintah  Malaka  juga  memfasilitasi  kawasan  tua  bersejarah  ini  dengan  beberapa  fasilitas pendukung. Hal inilah yang membuat kegiatan revitalisasi pada kawasan sepanjang Sungai Malaka ini dianggap berhasil. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Area Pedestrian dengan memberikan kesan aman dan nyaman  

2.      Papan Informasi yang diletakkan di setiap area spot bangunan bersejarah.

3.      Activity Supoort, seperti bangku taman, toilet, kedai makanan dan minuman, penginapan dan pasar malam.

4.      Transportasi Publik



Pada kawasan sepanjang Sungai Malaka terdapat banyak peninggalan bangunan bersejarah bergaya kolonial.  Keberadaan bangunan-bangunan bersejarah ini meningkatkan karakter  dari kota Malaka sebagai kota bersejarah. Salah satu contoh bangunan dan tempat bersejarah yang berada di kawasan inti (core zone) kota Malaka diantaranya adalah: 







·  Komplek Stadthuys – Red Square 




Dengan menerapkan konsep adaptive reuse, bangunan ini difungsikan kembali sebagai bangunan museum. Dari sekian banyak bangunan bersejarah di sepanjang Sungai  Malaka,  bangunan  Stadthuys  ini  adalah  bangunan  yang  menjadi  aikon  di  kota Malaka. Bangunan terletak di sekitar alun-alun pusat kawasan sejarah Malaka yang dikenal dengan  alun-alun  merah  atau  Req  Square. Sejak  tahun  1982, Stadthuys  digunakan  sebagai Musium Sejarah  dan Musium Etnografi  yang menyimpan  pakaian pengantin  tradisional Portugis, Cina India, Inggris dan Malaysia. Musium ini dipertahankan sebagai bukti sejarah Malaka 600 tahun yang lalu. Bangunan Stadthuys masih terlihat kokoh dan terawat untuk bangunan yang telah tua.



Dengan adanya Revitalisasi pada sepanjang Sungai Malaka membuat sungai menjadi jernih kehijauan dan juga meningkatkan kualitas kawasan bersejarah, termasuk bangunan bersejarah beserta lingkungannya. Peningkatan kuliatas kawasan meliputi beberapa aspek yaitu social,budaya,ekonomi.





Sumber :













Komentar

Postingan populer dari blog ini

Taman Nasional Komodo